Header Ads

Breaking News
recent

Menjemput Rejeki di Kaki Merapi


Tepat pada hari ke-12 pasca kedatanganku di bumi Pakembinangun, salah satu desa yang berada di lereng gunung Merapi Yogyakarta, tempat dimana aku bersekolah, tempat dimana aku menimba ilmu pengorganisasian juga pemberdayaan masyarakat. Seperti orang asing yang sedang dalam proses karantina kami tidak pernah melihat dunia luar selain sekelumit wilayah Pakembinangun khususnya padukuhan Sempu. Bukan karena tidak diizinkan tetapi karena waktu dan tenaga kami banyak digunakan untuk belajar dan mengejar materi dan kurikulum yag sudah ditentukan. Hari ini, dan hari-hari yang lain sebelum ini mungkin akibat terlalu jenuh dengan aktivitas di dalam ruangan, dan mood untuk melanjutkan proses belajar sedang benar-benar tidak baik, pak Doni selaku kepala sekolah Involvement angkatan X memberikan kami ruang untuk berlibur. Selain dizinkan untuk berlibur kami juga diberi fasilitas liburan. 86 (baca delapan enam) jeep bersama team sudah dipersiapkan untuk memanjakan kami selama 5 jam penuh.
Tetapi liburan yang diadakan memang tidak seperti yang orang lain lakukan bahwa mereka hanya berlibur untuk skedar menyegarkan diri dan untuk mengambil gambar dengan view yang bagus, tetapi bagi kami yang katanya “calon aktivis” tidak semudah itu, karena untuk menjadi seorang aktivis kita harus benar-benar aktif meskipun kita sedang berlibur. Masih dengan tujuan yang sama bahwa kita hadir ke Pakembinangun, di kampus perdikan untuk belajar, jadi tema kita hari ini adalah liburan sambil belajar. Bukan dengan membaca buku atau mendengarkan penjelasan seorang guru tetapi kita belajar dengan cara membaca alam dan manusianya. Bermuhasabah dengan merapi dan orang-orang yang berinteraksi dengannya.
Kami berangkat dengan menggunakan jeep bersama tim 86 jeep, ada enam jeep yang disewa untuk perjalanan kami sehingga kita harus dibagi ke dalam 6 kelompok. Saya berada di kelompok satu bersama dengan empat kawan laki-laki lainnya dengan satu pengemudi yang sangat baik hati, yang mau menanggapi setiap kecerewetan saya dan tingkah kegilaan kami di atas jeep. Pak Uut, --nama pengemudi yang aku ceritakan tadi-- Sepanjang perjalanan aku banyak ngobrol dengan beliau. Sebagai salah satu warga yang direlokasi akibat erupsi gunung merapi pada 2010 tahun silam, beliau lebih tahu kondisi sosio-kultur masyarakat yang terdampak bencana sebelum dan sesudah erupsi. Selera humorku membuat beliau tertawa terpingal-pingkal “Mbak naning kok malah kayak stand up comedy” begitu kata beliau.
Lalu aku mulai obrolan lagi dengan pertanyaan seputar profesinya sebagai pengemudi jeep. Pak Uut dan kawan-kawan pengemudi jeep lainnya merupakan warga sekitar merapi yang terdampak erupsi 2010 tahun silam, karena lahan pertanian tidak lagi bisa diolah pasca erupsi maka menjadi pengemudi jeep adalah salah satu alternatif untuk menyambung hidup. Di hari-hari biasa pak Uut biasa mengantarkan penumpang satu sampai dua kali perjalanan. Tetapi di hari libur atau weekend pak Uut bisa mengemudi hingga tingga atau bahkan empat kali perjalanan.
Pak Uut berbakat dalam hal fotografi karena hampir di setiap spot yang menarik beliau menawarkan jasanya untuk mengambil foto kami bersama-sama dengan kelompok dalam satu jeep. Dalam perjalanan aku tiba-tiba saja nyeletuk “kok jalannya jelek sih pak”, berawal dari pertanyaan itulah akhirnya membuatku mampu melihat sisi lain dari infrastruktur yang menurutku tidak baik itu.
“Kalau jalannya diperbaiki dan infrastruktur semakin baik warga yang sudah direlokasi ke desa lain akan banyak yang kembai kesini untuk menempati tanahnya kembali mbak, selain itu juga tidak akan banyak orang yang menggunakan jasa kami sebagai pengemudi jeep karena jika jalannya baik akan mempermudah akses semua mobil ke merapi. Lalu pengangguran akan semakin banyak mbak.” Tutur pak Uut.
Dari sana aku mengerti bahwa yang baik bagi kami tidak selalu akan baik bagi orang lain. Tentang warga yang akan kembali menempati tanah yang ditinggalkan akibat erupsi, justru akan kembali membahayakan warga itu sendiri. Juga untuk beberapa pengemudi jeep salah satunya pak Uut, akan mencari pekerjaan apalagi jika jeep tidak lagi diminati pengunjung. Karena berdasarkan penuturan pak Uut, bukan dengan merantau seseorang bisa menemukan kebahagiaan, dengan tetap bertetangga dan menjalani hidup seperti biasanya adalah cita-cita setiap warga yang sudah direlokasi. Hanya sedikit warga yang memutuskan untuk pergi merantau, kata pak Uut alasannya adalah persaudaraan dan hidup berdekatan dengan warga lebih penting dari sekedar mencari harta di tanah rantau.
Di perjalanan sepanjang bunker kaliadem hingga ke wisata batu muka saya melihat beberapa rumah yang didirikan dan mulai dihuni oleh masyarakat, saya menanyakan status perijinan rumah tersebut kepada pak Uut. Karena di awal beliau sudah menjelaskan bahwa desa-desa yang dulu dihuni tidak boleh lagi ditempati karena akan berbahaya bagi warga sendiri. Tetapi kemudian beliau menjelaskan bahwa rumah tersebut didirikan atas ijin pemerintah sebagai gubuk kerja dimana masyarakat yang masih bekerja di sekitar merapi akan menggunakan bangunan tersebut sekedar untuk singgah ketika lelah bekerja. Namun faktanya ada juga beberapa rumah yang dari kondisi fisiknya tidak seperti gubuk kerja karena ada kendaraan mobil dan juga perangkat-perangkat lain seperti rumah hunian biasa.
Tak terasa laju jeep yang diringi dengan diskusi-diskusi kecil ini telah tiba pada destinasi terakhir yaitu off road di kali kuning. Kami dihibur dengan atraksi jeep di tengah-tengah sungai, hari ini kami lebih beruntung daripada teman kami yang lain karena kami mendapatkan kesempatan berputar-putar hingga tiga sampai empat kali putaran sedangkan yang lain hanya satu putaran. Ini karena pak Uut scara pribadi menawarkan kepada kami dan khususnya saya untuk berbasah-basahan. Sekalipun orang baru bagi pak Uut ataupun bagiku, diskusi renyah dan humor juga candaan yang tidak seberapa penting ternyata mampu membuat kami tidak saling memandang diri sebagai orang asing.
#InvolvementXonVacation #Bergerak #DesaGunung
#ExploreJogja #JogjaHits #JogjaIstimewa #86JeepIstimewa
#AdemosIndonesia #AyoSinauBareng



Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.