Bertemu Takdir
Seperti bertemu cita-cita yang tadinya tidak pernah ada
di catatan mimpiku. Menjadi volunteer demi perubahan masyarakat memang tidak
pernah kuagendakan entah dalam dalam list rencana hidup, diskusi dengan orang
tua, atau bahkan dalam khayalan. Hari ini, begitu aku memulai langkahku dengan belajar
di Kampus Perdikan Indonesian Society for Social Transformation (INSIST) aku
menemukan begitu banyak teman yang membuat seorang aku yang begitu kecil berani
bermimpi besar. Kerelaan mereka untuk mengabdikan diri demi kepentingan
masyarakat membantuku berkaca pada diri sendiri bahwa aku bahkan belum
melakukan apapun. Mereka adalah aktivis advokasi tambang, aktivis peduli
lingkungan, aktivis lembaga hukum yang kesemuanya ber-ada demi memperjuangkan
hak-hak masyarakat dan melakukan penyadaran di tengah-tengah masyarakat yang
minim ilmu pengetahuan.
Sebagai generasi yang mau tidak mau menanggung tugas
untuk memperbaiki kehidupan masyarakat, “ikhlas” memang satu-satunya upah yang
mereka terima. Jangankan bercita-cita untuk menjadi kaya, pekerjaan keras yang
sedang mereka lakukan pun tidak dianggap sebagai bekerja karena apa yang mereka
lakukan bukan demi uang atau memperkaya diri tetapi kenikmatan batin bahwa
kehidupan masyarakat yang mereka usahakan bisa menjadi lebih baik. Bersyukur
karena telah hidup dengan baik dan dapat mengenyam pendidikan sampai saat ini
menjadi alasan bagi mereka untuk menjamin keberlanjutan hidup dan pendidikan
adik-adik mereka. Tidak menyerah adalah mantra yang terpatri di dalam diri
mereka karena jika bukan bagian dari penyelesaian maka mereka adalah bagian
dari persoalan dan tidak ada pilihan lain selain itu.
Salam Involvement!
Bergerak!
#AdemosIndonesia
#AyoSinauBareng
Tidak ada komentar: