Cerita tentang Kehilangan Part II
Ada yang memilih pergi meski masih saling mencari. Ada yang memutuskan
menjauh meski masih saling butuh. Manusia dihadapkan pada dua pilihan, ia harus
memilih antara pergi atau tetap tinggal. Kedua-duanya beresiko, meski berat
untuk pergi tetapi juga tidak akan ada yang mudah jika tetap tinggal. Setiap
keputusan untuk meninggalkan atau menghalalkan tentu merupakan hak atas setiap
manusia. Semua yang datang dari hati terkadang memang tidak bisa dicerna dengan
baik oleh pikiran. Pikiran manusia berhak memutuskan untuk memilih siapa di
antara siapa, tetapi bagaimana dengan hati? Kecenderungan hati manusia memang
sulit dikelabuhi. Kita sendiri kadang sangat sulit menjelaskan apa yang
diinginkan oleh hati karena ia tidak selalu sama dengan apa yang kita pikirkan.
Cinta itu jika tidak dikelola dengan baik dapat mengakibatkan kebutaan. Sudah
jelas disakiti tapi masih berharap untuk kembali, sudah tentu dikhianati tapi
masih enggan untuk pergi. Perihal kesepakatan untuk tidak saling jatuh tetapi
kemudian mejalin hubungan adalah satu bentuk kemunafikan.
“Tenanglah, jalani saja dulu, toh suatu saat jika ditakdirkan berjodoh
pasti akan naik ke pelaminan,”
Berikrar demikian tetapi aksi “pembualan” tetap gencar dilakukan.
Diperburuk lagi dengan sifat dasar perempuan yang suka disanjung dan mudah Gede Rasa. Pada akhirnya tanpa terasa saking
asiknya dua sejoli ini terjebak dalam hubungan tanpa status. Bukan hanya tanpa
status, mereka menjalin hubungan tanpa didasari sebuah tujuan baik. Asal
keduanya sama-sama senang, dan asal keduanya bisa saling mengisi kekurangan. Resiko
lain dari ketidakjelasan ini menjadi topik yang basi untuk dibahas (saat itu).
Satu nasehat lama yang masih selalu hangat untuk dituturkan adalah tentang
“Cinta laki-laki dari 100 ke 0 sedangkan cinta seorang perempuan adalah dari 0
ke 100”, jika nasehat ini diperhatikan dan dijaga betul oleh perempuan, ia akan
mengambil langkah antisipatif supaya ia tidak kecewa di kemudian hari. Ia
seharusnya menjadikan nasehat (tak berdasar) ini sebagai rambu. Bahwa jika
cintanya meninggi ia akan merasakan bahwa dirinya telah memiliki, tanpa tahu apakah
si laki-laki mempunyai perasaan yang sama. Jika sudah begini, resiko untuk merasakan
kehilangan akan sangat besar. Kita tidak pernah tahu kapan hati kita tiba-tiba
berbalik dan memilih jatuh kepada yang lain, pun begitu pada hati laki-laki.
Kita tidak pernah tahu dan tidak bisa memastikan bahwa benarkah hanya ada satu
perempuan di hatinya.
Tidak ada yang pasti di dunia ini kecuali kematian, menyibukkan diri untuk berbenah
agar kita bermanfaat untuk lingkungan sekitar sehingga pada akhirnya nanti bisa
mati dalam keadaan baik itu sangat mulia. Tapi jika sibuk memperbaiki diri
hanya demi memantaskan diri untuk bersanding dengan orang yang akan kita
temani, ini juga merupakan harap-harap yang bisa saja palsu. Jodoh, rezeki dan
mati semua memang sudah diatur oleh Tuhan. Tetapi dari ketiganya, hanya satu
yang pasti akan datang yaitu kematian. Karena itu, jika hari ini kamu patah
hati, jika hari ini kamu disakiti oleh orang lain dan kamu memperdulikannya
maka ketika itulah kamu merugi. Jangan hiraukan, jangan terlalu dipikirkan dan
jangan diperdulikan karena itu akan membuang tenaga dan pikiranmu. Cukup adukan
kepada Tuhanmu karena Tuhan Maha Tahu takdir mana yang harus kau jalani agar
kamu tidak sekedar menjadi perempuan tetapi bagaimana menjadi seorang perempuan
yang super.
Terbawa dalam kisahnya, keep spirit
BalasHapushehe makasih
Hapus😍😍
BalasHapusmakasih mbak hehe
HapusMenyentuh
BalasHapus