Header Ads

Breaking News
recent

Keluh Kesah Gadis 26 Tahun

Rasanya sudah lama sekali tidak membuka jendela blog ini. Mungkin karena sok sibuk, atau bisa jadi sudah merasa baik-baik saja dengan berhenti menulis (blog). Hari ini, saat hari mulai senja dan sedang tidak ingin menyelesaikan pekerjaan pokok, terbesit keinginan untuk menulis lagi di blog. Bukan karena sengaja ingin menulis, alasanku menulis kali ini adalah karena tentu aku  sedang tidak baik-baik saja. Benar kata orang-orang bijak bahwa kalau kau tidak menyibukkan diri pada hal-hal yang bermanfaat, maka waktu akan membunuhmu. Itulah yang kualami sekarang.

Istilah millenialnya adalah overthinking. Terlalu luang menimbulkan pikiran-pikiran buruk muncul, bahkan bisa berakhir pada menyalahkan diri sendiri, mengutuk masa lalu, dan berandai-andai tentang masa depan yang kita sendiri belum tahu bagaimana skenarionya.

Di usia 26 tahun, seorang gadis desa yang belum menikah akan banyak mendapat stigma buruk dari orang-orang sekitar bahkan keluarga terdekat sekalipun. Hampir setiap hari ibuku sendiri bertanya "kapan?". Orang yang kuharap dapat mengerti bagaimana keadaanku, perasaanku, medan yang sedang kuhadapi ternyata juga tidak paham betul bagaimana aku menghadapi ini. 

Di usia 26 tahun, lingkar pertemanan akan semakin menyempit. Akan lebih sedikit lagi teman yang sama-sama belum menikah di usia yang sama. Tidak ada lagi teman yang bisa bersama-sama ikhtiar dhohir batin untuk segera menemukan pasangan. Dan yang paling utama, tidak ada lagi teman yang dengan jenak mendengar keluh kesahmu tentang pernikahan.

Dunia sudah berubah jauh 360 derajat dalam dua tahun ini. Aku membahasakannya dengan "I have no more place or people to share". Terlebih sejak ayah dipanggil oleh Allah pada Juli 2020 lalu, aku kehilangan support system terbaikku. Tidak sedikit orang yang dimana aku berbagi cerita kepadanya, justru memberikan tanggapan-tanggapan yang semakin menyudutkanku bahkan hingga menyarankan pada hal-hal yang agaknya akan sulit kulakukan. Misalnya, "Putuskan saja laki-laki yang demikian itu, dia tidak ada niat baik untuk menikah denganmu." Atau tanggapan lain seperti, "mungkin kamu tidak terlalu baik untuknya, sehingga dia masih mencoba mencari orang lain yang lebih pas untuknya." Dan masih banyak lagi tanggapan-tanggapan yang justru membuatku semakin berpikir keras. 

Karena itu aku meluapkannya di sini, karena merasa percuma jika berbagi kepada orang lain. Sudah tidak ada lagi yang bisa menerima curhatan gadis 26 tahun yang masih selalu sibuk dengan karir dan pekerjaannya. Sudah tidak ada lagi yang mau menerima fakta bahwa aku dan terutama pasanganku belum ingin menikah. Teruntuk siapapun yang membaca luapan perasaan ini, semoga bisa belajar bahwa orang yang berbagi kepada kalian hanya ingin didengar, bersyukur kalau mampu memberikan umpan balik yang baik dan lebih menenangkan, tetapi jika tidak, lebih baik diam daripada menambah beban pikiran. 

Malang, 7 Desember 2021

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.