Cerita tentang Kehilangan Part III

Dalam perjalananku, kamu itu seperti batu kerikil yang sepertinya tidak tampak tapi kamu benar adanya. Aku tersandung olehmu dan aku terluka. Saat itu tidak ada hal lain yang bisa kulakukan selain menahan sakit dan berusaha mengobati luka itu. Aku tidak mungkin memakimu karena keberadaanmu muncul menjadi bagian dari perjalananku juga bukan keinginanmu. Dalam proses pengobatan itu aku menyesal dan mengumpat pada diriku sendiri, kenapa mataku tidak bisa melihatmu dengan jelas, kenapa saat itu aku membiarkan diriku tersandung dan terluka. Tetapi seiring dengan keringnya luka, seiring dengan pulihku dari sakit ini aku menyadari satu hal. Bahwa kamu adalah satu bagian perjalanan yang mengujiku. Setidaknya dengan bertemu denganmu, aku tahu bagaimana caranya menahan rasa sakit. Setidaknya aku juga tahu bagaimana caraku untuk menyembuhkan luka, dan aku juga tahu bagaimana caranya untuk menjadi lebih kuat dari sebelumnya. 

Hari ini luka itu sudah mengering meski ia belum sembuh sepenuhnya. Hari ini luka itu tidak lagi terasa sakit, meski aku sendiri tidak tahu akan sampai kapan bekas luka itu akan terus ada di sana. Sejenak terbesit untuk berbaik hati dan kembali menerimamu sebagai teman biasa, tetapi aku belum mempunyai cukup keberanian untuk melakukannya. Aku takut bahwa kepingan-kepingan benci yang tersisa masih bisa berubah lagi menjadi cinta. Kita sama-sama tahu bahwa benci dan cinta teramat tipis perbedaannya. Meski tidak ingin menempatkanmu di sisi kebencian tetapi aku juga tidak ingin menempatkanmu di sisi kesayangan. 

Andai ada jin botol yang memberiku satu permintaan, aku ingin kau dan aku dikembalikan ke masa lalu dan aku memilih untuk tidak mengenalmu saja. Bukan karena merasa paling tersakiti, aku hanya ingin kamu tetap menjadi senior yang baik di mata seorang junior, yang mengajarkan tentang pentingnya mengkaji ilmu, juga tentang bagaimana berkomunikasi yang baik, bagaimana menjernihkan suasana yang keruh, serta bagaimana menjadi confidence dalam forum apapun. 

Terlepas dari apa yang sudah terjadi, kamu tetaplah kusimpan sebagai portofolio indah yang meski tidak mampu kuumumkan, kamu adalah bagian dari hal pribadi yang sempat membuatku bahagia.