Header Ads

Breaking News
recent

Menjadi Orang Tua Desa yang Pintar dengan Telepon Pintar

Berbeda dengan massyarakat perkotaan, mayoritas masyarakat desa tidak cukup pandai berinovasi untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka. masyarakat perkotaan yang cenderung lebih dekat dengan teknologi, lebih banyak melakukan inovasi-inovasi pendidikan bagi anak-anak mereka meskipun sebagaian besar orang tua yang tinggal di kota adalah manusia-manusia sibuk yang lebih banyak mempercayakan pendidikan anak kepada lembaga-lembaga pendidikan yang hadir di sekeliling mereka. Sedangkan di desa, orang tua cenderung mempunyai waktu lebih banyak. Namun, akses terhadap pengetahuan mendidik sangat sedikit.


Sumber Foto: http://banyumasnews.com/89767/tips-bagaimana-mendidik-anak-di-era-digital/
Hari ini, mayoritas masyarakat desa memahami bahwa memberikan pendidikan kepada anak berarti menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah-sekolah formal yang dibentuk oleh pemerintah. Memberikan pendidikan dirasa cukup jika anak sudah rajin bersekolah dan tidak ada komentar negatif dari guru kepada anak yang sampai secara langsung ke telinga orang tua. Pemahaman ini yang hari ini perlu diluruskan.

Pada keadaan dimana orang tua memiliki waktu lebih banyak untuk anak-anaknya dapat ditemui di lingkungan desa. Namun sayangnya, orang tua di desa belum mengerti betul bahwa pendidikan yang paling utama bagi anak adalah dari mereka dan keluarga dekatnya. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh menjamurnya virus sekolah formal yang seolah-olah mengambil peran penuh atas pendidikan seorang anak. Selain itu, kondisi demikian juga bisa disebabkan oleh karakter masyarakat desa yang cenderung pasrah. Baik, buruk, berkembang ataupun tidak berkembangnya anak, mereka pasrahkan kepada yang mendidik yaitu guru. Sebab lain seperti kurangnya akses masyarakat desa terhadap pengetahuan-pengetahuan tentang inovasi pendidikan untuk anak menjadi sebab yang sedikit krusial.

Melek teknologi adalah syarat utama untuk memperpendek akses masyarakat terhadap pengetahuan tersebut. Teknologi yang berkembang demikian pesat di lingkungan desa justru adalah telepon pintar (smart phone). Hampir setiap satu keluarga memiliki satu telepon pintar, atau bahkan lebih. Namun keberadaannya tidak difungsikan sebagai alat untuk mendekatkan diri kepada pengetahuan melainkan sebagai alat untuk mendekatkan diri dengan orang di dunia lain melalui aplikasi-aplikasi media sosial yang tersedia. Banyak ibu-ibu muda dan bapak-bapak muda di desa sangat pintar dalam bermedia sosial namun nihil dalam media-media pendidikan. Padahal, media pendidikan merupakan satu unsur yang sangat penting diketahui oleh orang tua, agar mereka lebih inovatif dalam mendidik anak sesuai dengan tuntutan zaman yang selalu berubah-ubah.

Banyak fitur smartphone yang bisa mereka gunakan untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak. Misalnya memutarkan dongeng untuk anak melalui fitur youtube. Menggunakan aplikasi ruang guru juga dapat memudahkan orang tua menggantikan peran guru ketika anak sedang berada di rumah. Menggunakan aplikasi seperti duolingo untuk mengasah kemampuan anak dalam berbahasa asing juga sangat efektif digunakan oleh orang tua. Selain bermain game, orang tua juga bisa mulai mengajarkan kepada anak tentang ilmu programming.

Peran kita sebagai generasi yang lebih mengerti dan mungkin lebih paham terhadap fungsi telepon pintar adalah menularkan kepada masyarakat untuk menjadi lebih pintar dari telepon pintar. Menguasai dalam penggunaannya serta mahir dalam pemanfaatannya berarti lebih pintar dari sekedar telepon pintar.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.